Saluran Irigasi Cipamatutan Longsor, 54 Hektare Sawah di Parungkuda Terancam Puso


Reporter : Wahyu Humaedi|Hery S|Red

SUKABUMI | SKS  – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Sukabumi pada pekan lalu memicu terjadinya longsor di saluran irigasi Cipamatutan, Desa Sunda Wenang, Kecamatan Parungkuda. Longsor tersebut menyebabkan saluran irigasi sepanjang kurang lebih 60 meter dengan kedalaman sekitar 4 meter ambruk hingga ke dasar sungai. Akibatnya, pasokan air menuju areal persawahan yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Sunda Mekar terhenti, dan kini sekitar 54 hektare sawah milik warga terancam mengalami puso atau gagal panen.

Peristiwa longsor terjadi di Kampung Cipamatutan, tidak jauh dari bendung utama yang sekaligus difungsikan sebagai jembatan penyeberangan warga. Menurut keterangan warga, jarak dari bendung ke titik longsor mencapai sekitar 200 meter. Kondisi ini membuat aliran air dari hulu benar-benar tidak sampai ke lahan pertanian di hilir.

Kekhawatiran Warga

H. Hudri, tokoh masyarakat sekaligus petani penggarap yang mewakili Poktan Sunda Mekar, menyampaikan bahwa kerusakan saluran irigasi tersebut sudah terjadi hampir dua pekan lamanya. Hingga kini, belum ada langkah perbaikan nyata yang dilakukan di lapangan.

“Kalau tidak segera diperbaiki, besar kemungkinan sawah-sawah ini puso. Semua petani sudah tanam serentak di bulan Juli, dan sekarang tanaman baru berusia satu bulan. Padi butuh air cukup, kalau dibiarkan kering bisa gagal panen semua,” ungkap Hudri, Jumat (31/8/2025).

Ia menambahkan, mayoritas masyarakat di Desa Sunda Wenang menggantungkan penghidupan dari hasil pertanian padi. Ancaman gagal panen bukan hanya berarti kerugian materi bagi para petani, tetapi juga berdampak langsung pada keberlangsungan hidup ratusan keluarga.


Dampak Sosial dan Ekonomi

Kerusakan irigasi Cipamatutan tidak bisa dianggap persoalan kecil. Lahan seluas 54 hektare yang terancam puso berpotensi menimbulkan kerugian besar. Jika gagal panen benar-benar terjadi, harga gabah di tingkat lokal dapat mengalami gejolak, sementara pendapatan petani akan merosot tajam.

Selain itu, sawah di Desa Sunda Wenang termasuk salah satu lumbung padi bagi Kecamatan Parungkuda. Gangguan pada siklus tanam di wilayah ini dikhawatirkan juga akan memengaruhi ketersediaan pangan di tingkat kecamatan bahkan kabupaten.

Tanggapan Pemerintah

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dan mengusulkan penanganan segera. “Kondisi ini memang sudah kami terima. Penanganan singkat sudah diusulkan agar pasokan air bisa kembali mengalir dan tidak berdampak lebih jauh terhadap sawah warga,” ujarnya singkat.

Meski demikian, masyarakat berharap agar pernyataan tersebut segera ditindaklanjuti dengan aksi nyata di lapangan. Mengingat waktu sangat krusial, setiap hari tanpa aliran air memperbesar risiko kerusakan tanaman padi.

Harapan Petani

Hudri dan para anggota Poktan Sunda Mekar kini menaruh harapan besar pada pemerintah daerah. Bagi mereka, perbaikan saluran irigasi Cipamatutan bukan hanya persoalan infrastruktur, tetapi juga menyangkut keberlangsungan hidup petani yang sebagian besar mengandalkan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari.

“Air adalah nyawa sawah kami. Kalau irigasi tidak segera diperbaiki, tanaman yang sudah ditanam serentak bisa sia-sia. Kami hanya bisa berharap agar pemerintah turun tangan secepat mungkin,” pungkas Hudri.

Dengan kondisi cuaca yang masih tidak menentu, potensi longsor susulan juga menjadi kekhawatiran tambahan. Oleh karena itu, langkah cepat dan terukur sangat dibutuhkan agar ancaman puso tidak benar-benar terjadi dan sawah seluas 54 hektare di Parungkuda dapat terselamatkan.

Lebih baru Lebih lama