Reporter : Wahyu Humaedi/Red
Sukabumi | SKS – Kepala Desa Salawi, Kecamatan Sukaraja, H. Zainal Muttaqin, menyatakan komitmennya untuk menjadi pelopor pertanian organik di desanya. Program ini dimulai dengan uji coba penggunaan pupuk organik cair P20 di lahan sawah seluas 3.000 meter persegi atau sekitar 30 patok. Bila hasil panen terbukti memuaskan, ia menargetkan seluruh lahan sawah warga, yang mencapai 118 hektare, bisa mengikuti program pertanian organik ini.
Komitmen tersebut diungkapkan Zainal saat menerima kunjungan Ketua Umum Petani Milenial Organik, Djunaidi Tanjung, di area sawah Desa Salawi, pada Senin (7/7/2025). Kehadiran Tanjung beserta tim disambut baik oleh pemerintah desa dan kelompok petani setempat.
“Kami siap jadi pelopor petani organik dengan memakai pupuk organik cair P20 ini. Kami mulai dulu sebagai contoh untuk masyarakat. Kalau hasil panennya bagus, insya Allah masyarakat kami juga akan mengikuti beralih ke pupuk organik,” ujar Zainal di hadapan media.
Dalam pemaparannya, Djunaidi Tanjung mengajak petani untuk menyadari filosofi hubungan manusia dengan tanah. Menurutnya, manusia berasal dari tanah, hidup bergantung pada hasil bumi, dan kelak kembali ke tanah. Namun, sering kali tanah justru dirusak dengan racun dari pupuk kimia.
“Disinilah kami peduli, bangkit, dan mengabdi kepada tanah dengan cara mengembalikan kesuburannya. Memakai pupuk organik berarti kita peduli dengan keberlangsungan hidup alam, manusia, dan sesuai dengan nilai hablum minannas, hablum minal alam, dan hablum minal Allah,” papar Tanjung.
Ia juga menegaskan bahwa pupuk organik cair P20 yang dipakai sudah memiliki legalitas resmi, izin produksi, dan terbukti ekonomis bagi petani. Pupuk ini menjadi salah satu solusi untuk mengatasi keluhan petani, mulai dari biaya tinggi, kelangkaan pupuk kimia, hingga hasil panen yang menurun.
Sementara itu, Mang Ayi, perwakilan penggarap sawah yang ditugaskan Kades Salawi, mengaku senang dengan kehadiran tim Petani Milenial Organik.
“Pemaparan ilmu yang diberikan menjawab semua keluhan kami selama ini. Kami jadi bersemangat lagi, bukan hanya sekedar bertani, tapi juga mendapat pengetahuan luar biasa tentang cara bertani yang benar, mulai dari pengecekan pH tanah, pemuliaan bibit, hingga cara pemeliharaan dari hulu ke hilir,” ungkap Mang Ayi.
Ia berharap ke depan seluruh petani di Desa Salawi dan masyarakat luas semakin sadar pentingnya pertanian organik demi menjaga kesehatan tanah dan menghasilkan pangan sehat bagi keluarga dan masyarakat Indonesia,” pungkasnya.